Penyair menggunakan banyak sajak dalam puisinya, seperti sajak di dalam baris, hampir sajak, sajak yang mirip, dan sajak yang tepat. Mereka menemukan berbagai cara untuk membuat kata-kata terdengar sama. Salah satu cara mereka melakukannya adalah dengan mengikuti pola pengulangan suara tertentu di akhir baris. Pola bunyi ini disebut skema rima.
Ada banyak jenis sajak di luar sana: beberapa sajak terdengar sangat mirip, sementara yang lain sama persis. Penyair berkreasi dengan vokal atau konsonan yang cocok di akhir baris. Ini seperti membuat kode rahasia dari suara serupa yang membuat puisi terasa terhubung dan musikal. Misalnya, jika satu baris diakhiri dengan kata yang terdengar seperti “kucing”, baris berikutnya mungkin diakhiri dengan kata yang terdengar seperti “kelelawar”.
Skema rima seperti cetak biru yang menunjukkan baris mana dalam puisi yang harus memiliki bunyi yang serasi. Mereka membantu penyair mengatur kata-kata mereka dan memberi ritme pada puisi. Ini seperti peta jalan yang memandu bunyi kata-kata dalam puisi, membuatnya menarik dan menyenangkan untuk dibacakan.
Apa itu Skema Sajak dalam Puisi
Dalam puisi, skema rima ibarat nada musik yang diulang-ulang di akhir baris atau bait. Ini adalah pola suara yang digunakan penyair untuk menciptakan ritme dan melodi dalam syairnya. Skema ini bisa bervariasi, berpindah dari baris ke baris atau bait ke bait, atau bisa tetap konstan di sepanjang puisi.
Skema rima biasanya ditemukan dalam syair formal, yang berpegang pada meteran yang ketat – pola tertentu dari suku kata yang diberi tekanan dan tanpa tekanan yang membuat puisi mengalir dengan lancar. Skema ini diwakili oleh huruf alfabet, setiap huruf menunjukkan pola suara tertentu. Misalnya, jika sebuah puisi mengikuti skema rima ABAB, berarti baris pertama dan ketiga berima (dilambangkan dengan “A”), dan baris kedua dan keempat berima (dilambangkan dengan “B”).
Pola huruf ini membantu kita memvisualisasikan bagaimana bunyi-bunyian terhubung di sepanjang puisi. Ini seperti kode rahasia yang mengungkapkan baris mana yang memiliki suara serupa. Memahami skema rima dapat memperdalam apresiasi kita terhadap musikalitas dan struktur puisi, memungkinkan kita mengungkap keindahan yang terjalin dalam syairnya.
Baca Juga: 85 Contoh Perumpamaan
8 Skema Sajak dalam Puisi
Puisi tidak selalu harus mengikuti aturan berima yang sama. Ada banyak cara untuk membuat pola menggunakan sajak yang berbeda dalam sebuah puisi. Beberapa puisi memiliki aturan khusus untuk berima dan jumlah baris yang harus dimiliki.
Salah satu contohnya adalah soneta Shakespeare. Ini adalah jenis puisi yang memiliki 14 baris yang dibagi menjadi tiga bait yang masing-masing terdiri dari empat baris, diikuti dengan bait terakhir dua baris. Dalam soneta Shakespeare, skema rima mengikuti ABAB CDCD EFEF GG. Pola inilah yang membuat soneta Shakespeare unik.
Selain soneta Shakespeare, ada banyak skema rima umum lainnya dalam puisi. Beberapa diantaranya adalah:
1. Ryme Alternatif
Dalam jenis rima yang disebut rima bergantian, baris pertama dan ketiga berima, serta baris kedua dan keempat juga berima. Ini mengikuti pola: baris pertama dan ketiga berima (sebut saja A), dan baris kedua dan keempat berima dengan bunyi yang berbeda (sebut saja B). Skema rima semacam ini biasa terjadi pada puisi yang memiliki empat baris dalam setiap kelompok.
Misalnya, di Puisi Henry Wadsworth Longfellow “A Psalm of Life,” ada bagian yang berbunyi seperti ini:
“Jangan bilang hidup hanya lagu sedih, / Atau mimpi kosong yang sudah lama kita impikan! / Jiwa yang tertidur itu seperti kuburan, / Segala sesuatunya tidak selalu seperti yang terlihat.”
Jenis sajak ini membantu mengatur struktur puisi dan dapat menambah aliran musik pada kata-katanya. Ini seperti menciptakan pola bunyi yang berulang dalam urutan tertentu di sepanjang puisi, sehingga terdengar berirama dan seimbang. Longfellow menggunakan teknik ini dalam puisinya untuk menyampaikan pesan tentang makna hidup dan pentingnya tetap terjaga dan aktif daripada sekadar hanyut dalam hidup.
2. Balada
Balada adalah salah satu jenis puisi yang mempunyai pola rima tertentu: ABABBCBC. Biasanya terdiri dari tiga bait, masing-masing delapan baris, dan diakhiri dengan empat baris bait. Pada setiap bait, baris terakhir diulangi, yang disebut refrain.
Salah satu balada yang terkenal adalah “Balada Orang Optimis” karya Andrew Lang.” Dalam puisi ini, Lang berbicara tentang bagaimana kadang-kadang, pada suatu hari di musim panas, orang-orang melepaskan diri dari kekhawatiran dan masalah mereka. Mereka berjalan-jalan di tepi sungai yang damai. Pada saat-saat tersebut, mereka melupakan kesulitan menjadi tua dan beban yang merugikan. Sebaliknya, mereka membenamkan diri dalam keindahan alam, merasakan kepuasan.
Lang menggambarkan dikelilingi tanaman seperti sapu di atas bukit, menemukan ketenangan dan kegembiraan dalam kesederhanaan hidup. Pesan yang ingin disampaikan adalah pada momen seperti ini, masyarakat lebih memilih merasakan kehidupan dengan segala suka dan dukanya, dibandingkan tidak merasakannya sama sekali.
Jenis puisi ini, dengan struktur yang berulang dan ungkapan yang menyentuh hati, menangkap gagasan bahwa di tengah tantangan hidup, ada momen ketenangan dan kebahagiaan yang patut dikenang.
Baca Juga: 59 Contoh Metafora
3. Sajak Ditambah
Sajak berpasangan adalah ketika dua baris dalam sebuah puisi berima bersama. Ini seperti sepasang baris yang kata terakhirnya terdengar sama, seperti “see” dan “thee” in Soneta Shakespeare 18. Sajak semacam ini sering kali muncul dalam suatu pola, yaitu dua baris berima satu sama lain, diikuti oleh dua baris lainnya yang juga berima satu sama lain. Ini disebut AA BB CC atau pola rima serupa.
Shakespeare, penyair terkenal, menggunakan jenis sajak ini dalam sonetanya. Saat Anda membaca puisinya, Anda akan melihat bahwa beberapa puisi diakhiri dengan dua baris yang berima, seperti contoh dari Soneta 18. Dalam soneta tersebut, dua baris terakhir menciptakan bait berima, memberikan kesan penyelesaian atau pemikiran akhir untuk puisi. Orang-orang masih menikmati sajak Shakespeare hingga saat ini karena membuat puisinya terdengar musikal dan lengkap. Ini seperti teka-teki kecil yang kata-kata akhirnya cocok dan membuat puisi terasa selesai.
4. Monorima
Monorhyme adalah ketika setiap baris dalam bait atau keseluruhan puisi mempunyai rima akhir yang sama. Mengambil Puisi William Blake “Malam Hening, Sunyi" sebagai contoh. Dalam puisi ini, setiap baris diakhiri dengan kata yang berima dengan “malam”.
Dalam puisi Blake, dia berbicara tentang bagaimana malam yang tenang harus mematikan obornya yang terang. Ia menyebutkan bagaimana pada siang hari, banyak makhluk halus berkeliaran dan menipu saat-saat gembira. Blake mempertanyakan mengapa kebahagiaan sering kali datang dengan tipu daya atau bercampur dengan kesedihan.
Dia berpendapat bahwa kegembiraan sejati akan hancur jika dicampur dengan penampilan palsu, dan membandingkannya dengan wanita yang pemalu atau tertutup. Intinya, ia merefleksikan sifat kegembiraan, kejujuran, dan bagaimana hal itu dapat dirusak atau dihancurkan.
Jenis bentuk puisi ini, dengan rima yang diulang-ulang, dapat menciptakan ritme yang kuat dan menekankan gagasan atau emosi tertentu. Penggunaan monorhyme oleh Blake dalam “Silent, Silent Night” membantu menyampaikan kedalaman pemikirannya tentang kompleksitas kegembiraan dan keasliannya.
5. Sajak Tertutup
Soneta VII, yang ditulis oleh John Milton, mengikuti skema rima tertentu yang disebut “rima tertutup”. Pola ini, yang disebut ABBA, melibatkan baris pertama dan keempat yang berima satu sama lain, serta baris kedua dan ketiga yang berima bersama. Dalam struktur ini, garis A mengapit garis B.
Dalam soneta ini, Milton merefleksikan berlalunya waktu dengan cepat dan bagaimana waktu secara diam-diam telah merenggut dua puluh tiga tahun hidupnya. Dia mengamati bagaimana hari-harinya berlalu dengan cepat, bergerak maju dengan cepat. Terlepas dari kecepatan ini, ia menyesalkan bahwa fase kehidupannya saat ini, yang mirip dengan akhir musim semi, tidak menunjukkan tanda-tanda akan bertunas atau berkembang. Ada perasaan kehilangan atau kurangnya pertumbuhan dan semangat yang biasanya dikaitkan dengan tahap tersebut.
Perenungan Milton tentang berlalunya waktu dan dampaknya terhadap kemajuan hidupnya membangkitkan perasaan masa muda yang cepat berlalu dan tidak adanya perkembangan yang diharapkan dalam fase saat ini. Penggunaan skema rima tertutup dalam soneta ini menekankan perasaan tersebut dengan menyusun baris-baris puisi secara spesifik, terjalin erat yang menggemakan tema berlalunya waktu dan harapan yang tidak terpenuhi.
6. Sajak Empat Baris Sederhana
Dalam puisi singkat dari puisi Samuel Taylor Coleridge yang lebih panjang, “The Rime of the Ancient Mariner,” kita bertemu dengan seorang pelaut tua, Mariner. Dia menghentikan seorang pejalan kaki dan bertanya mengapa dia dihentikan, memperhatikan janggut abu-abu panjang dan mata berkilau orang tersebut.
Puisi ini adalah bagian dari karya yang lebih besar berjudul “The Rime of the Ancient Mariner,” yang menceritakan sebuah cerita melalui sajak. Ini tentang seorang pelaut yang menghadapi pengalaman aneh dan menakutkan di laut dan terpaksa berbagi kisahnya dengan orang lain.
Penggunaan skema rima ABCB berarti setiap baris kedua dan keempat pada setiap bait akan saling berima sehingga menimbulkan ritme sepanjang puisi. Kutipan khusus ini mengatur suasana dengan memperkenalkan Mariner yang misterius, memicu rasa ingin tahu tentang niatnya dan kisah yang akan dia ceritakan.
7. Kembar Tiga
Sebuah "kembar tiga" mengacu pada kelompok khusus yang terdiri dari tiga baris dalam sebuah puisi. Baris-baris ini disebut “tercet”, dan memiliki kesamaan yang keren: semuanya diakhiri dengan kata-kata yang berima.
Misalnya, dalam puisi William Shakespeare berjudul “Phoenix dan Kura-Kura”, dia menggunakan triplet untuk mengatakan sesuatu yang dalam. Dia menulis, “Kebenaran mungkin tampak, tapi tidak mungkin, / Kecantikan menyombongkan diri, tapi bukan dia, / Kebenaran dan keindahan terkubur.”
Artinya, kata-kata terakhir dari ketiga baris tersebut—seperti “be”, “she”, dan “be”—terdengar sama. Ini seperti kode rahasia untuk membuat puisi terdengar sangat bagus dan terhubung.
Dalam puisi Shakespeare, dia berbicara tentang beberapa ide besar, mengatakan bahwa kebenaran dan keindahan tidak selalu seperti yang terlihat, dan entah bagaimana tersembunyi atau hilang. Agak misterius dan membuat Anda berpikir lebih dalam saat membacanya. Kembar tiga, seperti yang digunakan Shakespeare, menambahkan kualitas musik pada puisi sambil menekankan ide atau emosi tertentu.
8. Terza rima
Terza rima adalah sejenis puisi Italia. Itu terdiri dari kelompok tiga baris. Dalam gaya ini, baris kedua dari setiap grup berima dengan baris pertama dan terakhir dari grup berikutnya. Puisi diakhiri dengan bagian dua baris yang baris terakhirnya berima dengan baris tengah kelompok kedua hingga terakhir. Gaya ini mengikuti pola: ABA BCB CDC DED EE.
Salah satu contoh yang terkenal adalah “Ode to the West Wind” karya Percy Shelley. Dalam puisi ini, Shelley berbicara tentang kekuatan angin musim gugur yang dahsyat. Dia menggambarkannya sebagai nafas yang mendorong daun-daun mati seperti hantu yang melarikan diri dari penyihir. Angin membawa benih ke tempat peristirahatan musim dingin, di mana mereka menunggu hingga datangnya musim semi. Saat musim semi tiba, ia membawa kehidupan kembali ke bumi dengan kuncup warna-warni dan aroma harum.
Shelley mempersonifikasikan angin sebagai roh liar yang merupakan perusak sekaligus pemelihara. Dia menyerukan kekuatan ini untuk mendengarkan permohonannya. Puisi tersebut merefleksikan sifat ganda angin, kemampuannya membawa kehancuran dan pembaruan pada dunia.
terowongan terburu-buru mengatakan
Kulitku akhir-akhir ini sangat buruk. Beruntung sekali melihat artikel Anda.
Bassey James mengatakan
Terima kasih kembali. Kami senang bisa membantu